[Israel Created Hamas to Avoid Peace]
Oleh:
, DR. Edi
Nugroho, Lc
diringkas
oleh: Abu Ya’la Babussalam Lc
Israel menciptakan Hamas sebagai alasan untuk berperang di Palestina. Sebagai contoh, pada tanggal 18 Meiseorang anggota parlemen Hamas,
mengatakan semua orang Israel harus dimusnahkan. Ini merupakan alasan
yang sempurna bagi Zionis dan para pendukungnya untuk mencegah proses
perdamaian. Laporan ini menunjukkan bahwa Anggota Parlemen Hamas
dengan mudah bisa bekerja untuk Israel.
Video: klik di sini
Israel menciptakan
Hamas. Tetapi sebelum kita menelaahnya lebih jauh mengapa demikian?,
sudah jelas bagi kita bahwa Israel tidak menginginkan perdamaian.
Mereka mau menguasai semua wilayah Palestina, dan tindakan Israel
memerangi penduduk di wilayah pemukiman memastikan pernyataan di atas.
Rupanya Israel mengambil keuntungan dari
ketidaksadaran dunia mengenai realitas di Palestina, dan sikap Israel
seolah-olah bersedia untuk membicarakan "perdamaian", padahal sebenarnya
tidak bermaksud melakukannya, hanya merupakan dalih saja, agar supaya
proses perdamaian [yang ditarik-ulur] tidak mengganggu penguasaan Israel
lebih lanjut atas Palestina.
Jadi segala sesuatu yang dapat
ditawarkan sebagai alasan, maka akan ditawarkan. Taktik yang paling
mudah adalah menyajikannya dengan bantuan media penjilat, yaitu
merekayasa pemberitaan "terorisme".
Akan tetapi karena massa yang naif dan
gagal mencurigai orang-orang ekstrem yang tidak jujur dan tidak tahu
malu [Machiavellian], sehingga para pemimpin tertentu akan memanfaatkan
kesempatan yang tersedia. Ini termasuk merekayasa musuh palsu, dalam
hal ini adalah Hamas, dimana dengan demikian pemimpin sayap kanan Israel
dapat langsung menyalahkan beberapa "musuh" yang dianggap mengulur-ulur
proses perdamaian.
Latar Belakang Sejarah
Sebenarnya bukanlah merupakan hal baru,
Barat lah yang mensponsori terorisme Islam. Setelah runtuhnya
Kekaisaran Ottoman pada tahun 1924, Inggris dan Amerika mengisi
kekosongan kekuasaan dengan menempatkan pemimpin-pemimpin “Islam” yang
mendukung kepentingan mereka. Ini dimulai dengan penciptaan Ikhwanul
Muslimin [IM] melalui sokongan dari pemerintah Inggris. Di bawah
sponsor Inggris, IM dewasa ini memainkan peran sebagai sebuah kekuatan
besar di dunia Islam, dan berada di belakang hampir setiap tindakan
teror yang mengatasnamakan Islam.
Lebih tepatnya, Ikhwanul Muslimin
telah menjadi alat bersama berbagai badan-badan intelijen Barat, dimulai
dari Nazi, kemudian CIA, Rusia, Perancis, Jerman dan Israel.
Sejak pemerintahan Truman dan
Eisenhower, Ikhwanul Muslimin telah digunakan untuk mengerahkan Muslim
yang naif di bawah bendera Islam. Sejak saat itu, Amerika dan yang
lain-lainnya trampil dalam mengendalikan IM seperti anjing gila yang
diikat dengan tali untuk menjaga ancaman Komunis ateis di teluk.
Meskipun Perang Dingin telah berakhir,
namun IM tetap digunakan sebagai momok [bogey man], orang Amerika dapat
menelusuri untuk membuktikannya di Timur Tengah dan Asia Tengah, dimulai
dengan Irak dan Afghanistan.
Hubungan Israel dengan Ikhwanul Muslimin
sudah terjalin sejak lama, dan IM merupakan alat yang berperan penting
dalam pendirian sebuah organisasi sempalan seperti Hamas.
Menurut Robert Dreyfuss, penulis buku berjudul "Devil's Game: How the United States Helped Unleash Fundamentalist Islam":
"Sejak awal tahun 1967 sampai akhir
tahun 980-an, Israel membantu Ikhwanul Muslimin membangun dirinya di
wilayah pendudukan. Israel membantu Ahmed Yassin, pemimpin Ikhwanul
Muslimin dalam menciptakan Hamas, dengan pertimbangan bahwa organisasi
berkarakter Islam yang akan melemahkan PLO.. "
Menurut Charles Freeman, mantan Duta
Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, "Israel yang menghidupkan Hamas.
Hamas merupakan proyek Shin Bet [agen intelijen domestik Isreal],
mereka merasa bisa menggunakannya dalam rangka mengurung PLO."
Salah satu aspek dari strategi itu
adalah penciptaan Liga Desa, dimana Yassin dan Ikhwanul Muslimin
menggunakan banyak pengaruhnya. Israel melatih sekitar 200 anggota Liga
dan merekrut informan yang dibayar mahal.
Reporter New York Times, David
Shipler mengutip ucapan gubernur militer Israel di Gaza, dengan
menyombongkan diri mengatakan bahwa Israel sengaja membiayai
fundamentalis untuk menghadapi PLO.
"Berbicara secara politik,
fundamentalis Islam kadang-kadang dianggap sebagai sebuah kelompok yang
berguna bagi Israel, karena mereka berselisih faham dengan para
pendukung sekuler PLO. Kekerasan antara kedua kelompok sesekali meletus
di kampus Universitas di Tepi Barat. Gubernur Militer Israel di Jalur
Gaza, Brigadir Jenderal Yithzak Segev pernah mengatakan kepada saya
bagaimana dia telah membiayai gerakan Islam sebagai penyeimbang bagi PLO
dan Komunis. ‘Pemerintah Israel memberi saya anggarannya dan pihak
otoritas militer Israel memberikan dananya ke masjid,’"
Sebagaimana dicatat Dreyfuss, "selama
tahun 1980, Ikhwanul Muslimin di Gaza dan Tepi Barat tidak mendukung
perlawanan terhadap pendudukan Israel. Sebagian besar kekuatannya di
arahkan untuk melawan PLO, terutama faksi sayap ekstra kiri, di
kampus-kampus universitas."
Setelah pemberontakan Palestina tahun
1987, PLO menuduh Hamas dan Yassin bertindak "dengan dukungan langsung
dari rezim-rezim Arab reaksioner... yang berkolusi dengan pendudukan
Israel."
Yasser Arafat mengeluh kepada surat
kabar Italia: "Hamas adalah ciptaan Israel, pada saat Perdana Menteri
Shamir, mereka memberi uang dan membangun lebih dari 700 institusi, di
antaranya sekolah, universitas dan masjid." Arafat juga menyatakan
bahwa Perdana Menteri Israel, Yithzak Rabin mengaku kepadanya [Yasser
Arafat] di hadapan Hosni Mubarak bahwa Israel mendukung Hamas.
Pada dasarnya sebagai seorang analis, Ray Hannania mengatakan dalam sebuah artikel dengan judul "Sharon's Terror Child", dimuat oleh Counterpunch, "merongrong
proses perdamaian selalu menjadi target sebenarnya dari Hamas dan telah
memainkannya ke dalam ambisi politik Likud. Setiap kali perunding
Israel dan Palestina tampil siap maju mengambil langkah besar untuk
mencapai perdamaian, sebuah tindakan terorisme Hamas menenggelamkan
proses perdamaian dan mendorong kedua pihak terpisah."
Dalam “Hamas and the Transformation of Political Islam in Palestine”, untuk Current History, Sara Roy menulis
"Beberapa analis berpendapat bahwa
sementara para pemimpin Hamas yang menjadi sasaran, secara bersamaan
Israel melanjutkan strategi lama mempromosikan faksi-faksi nasionalis
sekuler Hamas sebagai cara untuk memastikan kematian akhir dari
[Otoritas Palestina], dan sebagai upaya untuk memadamkan nasionalisme
Palestina untuk selamanya."
Video: Ron Paul – Israel Created Hamas, klik di sini
Kesimpulan
Ikhwanul Muslimin dan banyak
perwujudannya seperti Al Qaeda dan bin Laden, menjadi sebuah ancaman
yang selalu ada sebagai "teroris" yang direkayasa, dan digunakan
terus-menerus sebagai alasan pembenar atas tindakan-tindakan represif di
dalam negeri dan tujuan imperialistik yang diperluas di luar negeri.
Karena, meskipun semua retorika
mengenai ancaman "politik Islam" yang tanpa sepengetahuan masyarakat
umum, memanipulasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia masih menjadi
andalan dari kebijakan luar negeri Amerika.
Artikel Lengkap: Refleksi Dalam "Proses Perdamaian"Terkait:
- Hamas history tied to Israel
- Israeli Roots of Hamas are being exposed
- The Power Elite & the Masonic (Muslim) Brotherhood
Sumber: www.EdiNugroho.com